Dalam seminggu ini saya menonton 4 film dari produksi 4 Negara :
1. Amerika (Hollywood) – Rurouni Kenshin: The Beginning (Distributor Warner Bros)
2. Korea Selatan – Kingdom: Ashin of the North
3. Prancis – How I Became a Superhero
4. Jerman – Blood Red Sky

Dari 4 film tersebut saya lebih menikmati menonton film dari produksi Amerika (Hollywood) setelah itu film dari Korea Selatan, dan sedikit pusing dalam mengikuti alur cerita ketika menonton film dari produksi Prancis dan Jerman. Bagian yang membuat pusing adalah bagaimana kedua film How I Became a Superhero dan Blood Red Sky tidak memberikan keterangan cerita (narrative) dan karakter.
Beda dengan Hollywood yang selalu memulai film dengan background narrative dan develop character yang jelas. Tapi beda sedikit dengan Korea Selatan memberikan background narrative dengan bantuan teks tidak visual dan menjelaskan detail karakter yang jelas. Mungkin karena Amerika dan Korea Selatan adalah sekutu sehingga memiliki karakter yang hampir sama.

Pada produksi sebuah film, perlu dikembangkan narrative dan style dalam film. Seperti yang disampaikan rujukan buku yang sering digunakan dalam bidang film yaitu David Bordwell dan Kristin Thompson (Film Art), bahwa sebuah film akan dibentuk dalam 2 elemen yaitu form and style. Dimana narrative dalam sebuah film akan termasuk didalam form. Hollywood sendiri sudah mempunyai pola untuk menyusun narrative dalam film, dimana Narrative film Hollywood nantinya akan disesuaikan dengan kategori dari film tersebut.
Susah memang kalau suatu negara sudah melihat film sebagai bentuk komodifikasi, pasti harus dipikirkan secara detail baik dari hulu dan hilir. Sehingga penonton merasa nyaman dan terus kecanduan bahkan terkadang akan menjadi seseorang yang fanatik terhadap komoditas


sumber gambar : http://www.imdb.com
Saya bisa menonton film dengan sangat beragam karena Netflix. Terima kasih Netflix