(Dilihat dari sudut pandang seorang produser)
Film menjadi sebuah produk yang tidak bisa terlepas dari masyarakat sekarang ini, khususnya ketika masyarakat menghabiskan waktu luang mereka dengan menonton film, baik di pertengahan minggu maupun akhir minggu. Durasi film khususnya feature film (film panjang) setidaknya berdurasi + 90 menit. Tahukah ada kalau membuat sebuah feature film bisa menghabiskan paling tidak 5-12 bulan hingga kemudian dapat ditonton di bioskop.

Tidak hanya memiliki proses produksi yang panjang, tapi dalam proses produksi film melibatkan banyak sumber daya manusia setidaknya akan melibatkan 30-40 kru dimana didalamnya sudah termasuk dengan pemain dari film. Kerja dalam produksi film sering dianggap dengan kerja tim atau kerja kolaborasi ataupun dikenal dengan “team work”
Sejumlah proses harus dilalui ketika memproduksi film yaitu : Development, pra-produksi, produksi, pasca-produksi, dan yang terakhir yaitu tahap distribusi dan eksibisi.
Lalu apa sejak yang dikerjakan dan siapa saja yang telibat dari masing masing proses terebut:
Development
Proses produksi film tahapan yang paling awal, dimana pada tahapan tersebut akan dilakukan pengembangan sebuah ide cerita yang kemudian akan menjadi ide pokok, tema, basic story, treatment, hingga menjadi sebuah skenario. Pada tahap development, seorang penulis skenario bersama dengan sutradara dan produser akan bekerja sama dengan secara kolaborasi untuk mengembangkan sebuah ide cerita yang kemudian akan siap diproduksi menjadi sebuah film. Kerja kolaborasi antara penulis skenario, sutradara dan produser ini disebut dengan triangle system. Dalam kerja kolaborasi triangle system seorang produser akan mengambil fungsi sebagai sebagai pengawas cerita baik dari segi biaya produksi, unsur realitas cerita dan juga potensial market dari film tersebut.
Ide Cerita sebuah Film

Dari manakah asalnya sebuah ide cerita berasal, seorang pembuat film akan mendapatkan ide dari sebuah fenomena sosial yang menjadi ke”galau”an dari pembuat film tersebut. Ketika pembuat film secara bersama sama sepakat akan membuat film, maka pembuat film akan berusaha menjawab sebuah kegalauan dari fenomena sosial. Sutradara Riri Riza mengangkat film Athirah karena ingin mengangkat kebudayaan Bugis Makasar yang dimana kebudayaan tersebut menjadi salah satu kebudayaan yang melekat pada masa pertumbuhan kehidupan dari Riri Riza (Interview Riri RIza dan Cut Mini Bebagi cerita soal “Athirah” dan Perfilman Indonesia dengan Flick Magazine)
Hasil yang akan terbentuk pada proses development dinamakan dengan skenario, dimana skenario merupakan sebuah bentuk seni yang dikomunikasikan dengan gambar visual dalam bentuk tulisan. Apabila sebuah skenario tidak dapat memvisualkan sebuah cerita, maka karya film tersebut tidak dapat mengikat penonton.
Skenario sebuah blue print

Jujur Prananto seorang penulis skenario dalam sebuah kesempatan diskusi disalah satu universitas swasta jakarta menjelaskan bahwa skenario dideskripsikan dengan sebuah blue print dalam film. Dimana blue print berfungsi sebagai kerangka kerja yang terperinci sebagai sebuah landasan dalam proses produksi. Oleh karena itu skenario yang dikerjakan pada proses development menjadi acuan awal dalam pembuatan film pada tahapan selanjutnya yang pada akhirnya dapat ditonton oleh masyarakat.
Sebuah skenario berbeda dengan sebuah novel, karena ketika skenario tersebut telah selesai masih banyak proses yang perlu dikerjakan atau dengan kata lain bahwa skenario adalah sebuah karya seni yang belum selesai.
Proses produksi film selanjutnya setelah development adalah Pra-Produksi. Apa saja yang perlu dikerjakan dalam pra-produksi?