Short Trip to Solo and Jogjakarta part 3

Tidak kerasa sudah 3hari saya di Solo, dan hari ini adalah hari Minggu. Seorang teman saya yang asli solo merekomendasikan ke saya untuk mencoba car free day (CFD) di Solo. Saya tidak mau kelewatan moment ini, minggu pagi saya berusaha bangun pagi untuk bisa merasakan CFD di Solo.

2015-12-13 08.09.16

2015-12-13 08.04.42 HDR

Minggu pagi, saya ternyata baru bangun jam 7 pagi dan saya buru-buru menuju Jalan Slamet Riyadi, Ternyata car free day di Solo jauh berbeda dengan yang ada di Jakarta. CFD di Solo terbagi 2 area, area jalan raya untuk orang yang ingin menikmati olahraga seeperti lari, jalan jalan santai, berjalan dengan anjing bahkan ada yang bersepeda. Selain itu ada beberapa komunitas yang memperlihatkan keunggulan dari masing masing komunitas dan ada juga corporate atau perusahaan yang melakukan promosi di CFD. Area lain yang menarik perhatian saya adalah area kuliner yang berada di pedestrian, ini konsep yang menarik.

Pada area kuliner CFD dijual beberapa makanan khas solo seperti nasi liwet, nasi pecel, bahkan ada beberapa makanan kreasi anak muda yang diperjual-belikan disana. CFD ini dipadati banyak orang baik anak kecil, orang dewasa bahkan orang tua, saya rasa semua warga solo tumpah dalam CFD.

Puas menikmati CFD khususnya area Kuliner dan jam sudah menunjukan jam 09.00 sudah banyak stand yang mulai tutup dan saya akhirnya untuk memutuskan kembali ke hotel untuk packing dan menuju Jogjakarta dengan mengunakan kereta.

Saya sudah distasiun Solo Balapan untuk menuju Jogjakarta, tiket kereta dari Solo menuju Jogjakarta hanya seharga Rp 8,000,- dan ada setiap jamnya mulai dari jam 6pagi dan terakhir jam 8malam dari solo. Ada kekurangan dari Kereta Solo-Jogja ini yaitu tidak menggunakan AC, oleh karena susana panas ketika berada di atas kereta ini. Siapa sangka ternyata kereta ini dipadati penumpang, kereta ini juga berhenti dibeberapa stasiun sebelum berakhir di stasiun Tugu.

Di Jogja saya memutuskan untuk memutuskan untuk menginap di Pules Hotel yang lokasinya tidak juah dari jalan Malioboro. Malioboro merupakan jantung kota dari Jogjakarta, banyak terdapat penjual yang jajakan benda khas Jogja, salah satunya adalah Mirota Batik. Siapa yang tidak kenal dengan Mirota Batik, salah satu toko yang dipadati pengunjung di ujung jalan Malioboro. Sekarang ini yang menjadi ciri khas dari Mirota Batik adalah pelayan pria yang seperti wanita dan menjual beberapa barang yang dikaitkan dengan alat kelamin pria dan wanita (dalam bentuk seni) .

Ada kejadian yang membuat saya kaget ketika saya berjalan di Malioboro, pedagang disana sudah tidak serama dulu. Beberapa kali saya mendengar pedangan di jalan Malioboro mengatakan “tidak bisa ditawar” dan “kalau mau nawar ditoko lain aja” apakah ini keramahan pedagang di Malioboro sekarang ini. Tapi Malioboro sekarang ini sudah jarang saya melihat turis internasional, kebanyakan domestik dan anak sekolah.

2015-12-13 19.38.34

Satu hal yang selalu saya kangen dari jalan Malioboro adalah nasi gudeg dan oseng oseng mercon Bu Narti yang berada di pinggir jalan Malioboro. Selain makanannya yang saya sungguh kangen dari Malioboro adalah suasana di malam hari malioboro.

Tempat terakir yang saya kungjungi malam ini di Jogja adalah Prawirotaman, tempat yang saya kunjungi disana adalah The Beatles Cafe dan menikmati sebotol beer untuk menutup hari ini.

2015-12-13 22.14.26

Bersambung ke hari terakhir saya di Jogja dan juga hari terakhir saya di short trip ini.

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s